Tuesday, October 4, 2011

Bank Indonesia Menyatakan Bahwa Cadangan Devisa Indonesia Masih Aman

Semakin terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap USD akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan para pelaku pasar, Rupiah mengalami fluktuasi yang sangat tinggi dan cenderung melemah. Namun dengan percaya diri, Bank Indonesia meyakini bahwa pelemahan rupiah adalah yang paling kecil dibandingkan mata uang lain di kawasan Asia Tenggara. Jika dibandingkan penutupan pada perdagangan (26/09), rupiah mengalami pelemahan 1,6% (YTD) atau lebih rendah dibandingkan pelemahan Thailand Baht yang mencapai 3,7% (YTD) dan Malaysia Ringgit sebesar 3,8% (YTD). YTD adalah Year to Date.
Bank Indonesia sebagai palang pintu utama keberadaan dan kedigdayaan Rupiah, merupakan otoritas moneter di Indonesia yang memiliki tugas utama untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Dengan volatilitas rupiah akhir-akhir ini, Bank Indonesia berupaya melakukan antisipasi dan intervensi di pasar valas untuk memperkuat nilai rupiah. Salah satu cara yang digunakan oleh Bank Indonesia adalah dengan membeli kembali Surat Berharga Negara (SBN) dengan menggunakan cadangan devisa. Sebagai informasi, pada 26 September 2011 Bank Indonesia melakukan pembelian SBN dari pasar dengan cara lelang dan bilateral hingga mencapai IDR1,2 triliun. Dengan sistem Buyback ini diharapkan harga Surat Berharga Negara bisa terjaga
Kabar dari Bank Indonesia melalui Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Bank Indonesia memastikan kepada masyarakat bahwa cadangan devisa Indonesia masih akan aman untuk tujuh bulan impor ke depan dan sudah termasuk biaya-biaya impor dan lainnya. Sebagai pedoman, Bank Indonesia menyampaikan juga bahwa tingkat keamanan cadangan devisa bagi beberapa negara emerging market biasanya cukup selama lima bulan ke depan. Dengan demikian, Bank Indonesia menyatakan bahwa semua pihak tidak perlu khawatir dengan jumlah cadangan devisa yang ada saat ini.
Perlu diketahui bahwasanya cadangan devisa Indonesia telah mengalami penurunan dari USD124,6 miliar pada akhir Agustus 2011 menjadi USD122 miliar per 19 September 2011. Kondisi keuangan di Indonesia saat ini sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global. Selanjutnya, Bank Indonesia menyampaikan juga bahwa kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih cukup kuat. Hal ini tercermin dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,5% pada 2Q11, inflasi yang masih di bawah 5% (YTD), dan pertumbuhan kredit perbankan hampir 24% (YoY). Dengan kondisi fundamental ekonomi yang cukup baik dan jumlah cadangan devisa yang tinggi memberikan optimisme pemerintah dan Bank Indonesia untuk dapat menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil.

No comments:

Post a Comment